Kegiatan di gunung biasanya diistilahkan dengan mendaki gunung (hill walking)pelakunya
disebut pendaki gunung. Masyarakat sering mengidentifikasikan pendaki
gunung dengan pencinta alam padahal sebenarnya pencinta alam saja yang
bertujuan untuk mengenal alam dan melestarikannya sedangkan kelompok
lain hanya ingin berekreasi atau bahkan merusak lingkungan pegunungan
dengan berbagai kegiatannya.
Kegiatan di gunung biasanya diistilahkan dengan mendaki gunung (hill
walking)pelakunya disebut pendaki gunung. Masyarakat sering
mengidentifikasikan pendaki gunung dengan pencinta alam padahal
sebenarnya pencinta alam saja yang bertujuan untuk mengenal alam dan
melestarikannya sedangkan kelompok lain hanya ingin berekreasi atau
bahkan merusak lingkungan pegunungan dengan berbagai kegiatannya.
Kegiatan utama di gunung adalah berjalan, berkemah, menempuh rimba dan
kadang memanjat tebing baik untuk tujuan ilmiah maupun rekreatif. Untuk
itu pelakunya perlu menguasai teknik hidup di alam bebas yang disebut
dengan mountaneering. Medan yang dihadapi umumnya adalah hutan belantara
tropis, punggungan pegunungan muda dan tidak jarang pula menyusuri mata
air serta sungai. Pada gunung tertentu terdapat salju dan es. Teknik
pendakian guunung salju disebut Ice climbing, tata caranya sangat
berbeda dengan pendakian pada gunung biasa.
Puncak tertinggi secara fisik merupakan tujuan utama dari kegiatan
mendaki gunung. Namun, secara filisofis tujuannya adalah untuk mengasah
fisik dan mental sehingga muncul sikap-sikap positif seperti percaya
diri, pencinta alam, cinta sesama dan menghormati peri kehidupan
disekitarnya. Kebanggaan terbesar bagi seorang pendaki gunung adalah
karena kemampuannya mengatasi kelemahan yang ada pada dirinya.
PERSIAPAN FISIK DAN TEKNIK
Kesiapan fisik adalah modal utama dalam melakukan kegiatan
mountaneering. Latihan fisik yang bertujuan meningkatkan daya tahan dan
kebugaran adalah menu utama. Ini dapat diperoleh deengan melakukan
senam, lari dan latihan beban secara rutin.
Senam aerobik ditambah bersepeda bertujuan untuk menjaga kebugaran dan
daya tahan. Lari terutama di siang jari dapat meningkatkan VO2MAX
(kemampuan paru-paru menyerap oksigen) mengingat oksigen di daerah
ketinggian kadarnya rendah.
Latihan beban berguna untuk membentuk kekuatan otot dalam menghadapi
medan yang berat. Penguasaan hidup di alam bebas meliputi survival,
bivoac, tali temali, teknik dasar, memasak, kesehatan lapangan, P3K,
ilmu medan medan dan membaca peta kompas mutlak harus dikuasai.
Ditunjang dengan peralatan yang lengkap dan baik akan menjamin
keselamatan dan kenyamanan pendakian. Tidak dapat ditinggalkan adalah
dokumen perjalanan seperti surat ijin instansi terkait.
Dalam perjalanan ada baiknya untuk mendekatkan diri dengan penduduk
sekitar, memberitahukan maksud kegiatan kita. Hal ini penting karena
sekiranya mendapat kesulitan maka penduduklah yang paling potensial
untuk secepatnya memberi bantuan.
TEKNIK PACKING
Secara ideal umunya beban yang dapat dibawa adalah 30%-45% dari berat
tubuh. Pisahkan barang-barang yang dibawa dalam kelompok-kelompok yang
sesuai dengan kegunaan. Perhitungkan dengan kelompok kelompok yang
sesuai dengan kegunaan. Perhitungkan dengan cermat jumlah barang,
tingkat kebutuhan dan urutan pemakaiannya serta tentukan tempat
kebutuhan dan urutan pemakaiannya serta tentukan tempat yang paling
praktis di ransel untuk jenis barang tersebut. Misalnya alat-alat MCK
dan alat-alat tulis dapat disimpan dikantong-kantong luar ransel,
pakaian di bagian bawah, makanan di tengah dan seterusnya.
Aturan umum dalam packing adalah letakkan barang yang ringan di bawah
dan yang berat di atas serta bagilah beban secara merata di sisi kiri
dan kanan ransel serta barang yang paling berat di tengah. Aturlah
penempatan seefisien mungkin dan jangan biarkan ada barang tersisa
bergeletakkan di luar ransel karena akan mengganggu perjalanan dan
berbahaya bila terangkut dahan.
TEKNIK BERJALAN
Mendaki gunung pada dasarnya adalah olahraga berjalan, di mana medan
yang dilalui sangat berbeda dengan yang kita lalui sehariihari. Ditambah
beban yang ada dipunggung maka kita dituntut untuk menguasai teknik
menjaga keseimbangan dan berjalan di pegunungan dengan benar.
Di medan berkerikil atau berbatu bulat atau tajam seperti sungai harus
dilewati dengan melompat dengan cepat dari satu batu ke batu yang lain
sebelum batu tersebut sempat bergulir. Namun bila kondisi badan sudah
lemah sebaiknya diperiksa dulu posisi batuan tersebut kemudian
,melewatinya perlahan-lahan. Tanah berumput basah karena embun dan hujan
serta terdapat lumut mengakibatkan tergelincir. Medan berlumpur dan
becek menjadikan perjalanan menjemukan, lambat serta menguras banyak
tenaga. Hal ini hanya dapat dihindari bila kita memakai sepatu dari
jenis yang tepat untuk keperluan hiking.
Berjalan di pegunungan bukit yang curam memerlukan keseimbangan yang
prima. Gerakan mendadak seperti mengayun tangan dan melompa dapat
berakibat fatal. Hati-hati dengan terpaan angin, berjalanlah tenang dan
tidak kaku. Jangan memotong lintasan karena biasanya jalan setapak yang
sudah ada mengikuti kontur alam sehingga tidak curam walau
berkelok-kelok. Hapalkan lintasan tersebut agar mudah bila kehilangan
arahatau pada saat kembali nantinya. Teknik lain berjalan di daerah
curam adalah dengan lintasan zig-zag untuk menghemat nafas.
Jangan memakai tumbuhan kecil yang ada di tebing sebagai tumpuan karena
biasanya banyak yang lapuk dan tidak cukup kuat untuk menahan bebn,
cukup dipakai sebagai keseimbangan saja.
Semak lebat sering menghalangi dan menghilangkan lintasan, bukalah semak
dengan tebasan parang. Lakukanlah tebasan sesedikit mungkin untuk
menghemat tenaga. Perhatikan pada waktu yang cukup lama untuk ditumbuhi
rumput sehingga masihmudah ditemukan dengan sedikit menyibak semak.
Lintasan yang kurang jelas biasanya jarang dilewati kecuali oleh
penebang kayu.
Sungai memang tampak sebagai jalan yang mudah dilalui untuk cepat sampai
ke bawah, tetapi mengikuti aliran sungai adalah tindakan yang
berbahaya. Sungai di gunung seringkali melewai tebing dan air terjun
yang curam sehingga sulit dilalui tanpa peralatan memanjat tebing.
Banyak kecelakaan terjadi karena mengikuti aliran sungai. Bila terpaksa
untuk mengikuti aliran sungai, misalnya pada saat tersesat, ikutilah
dari tempat yang tinggi prinsipnya ikutilah lintasan yang berbeda di
pegunungan asalkan aliran sungai tersebut masih dapat terlihat dan bukan
di cekuk-cekuk di mana sungai tersebut mengalir.
Pada saat turun kondisi badan biasanya sudah lelah ditambah posisi badan
yang seluruhnya mengarah ke bawah sehingga otot kaki mendapt beban
ekstra, kemungkinan terkilir dan tergelincir cukup besar. Kencangkan
ujung kaki agar ujung kaki tidak tergencet dan pergunakan tumit sepatu
sebagai rem dantumpuan beban. Jangan berjalan doyong ke muka, usahakan
berat tubuh tetap ditengah. Cara lain adalah berjalan miring dengan
tubuh doyong ke belakang segera dapat mengantisipasi keadaan bila
terpeleset.
Hati-hati bila berada di daerah kawah, daerah yang gersang tanpa
tumbuhan dan bila ada gejala pening atau mual biasanya merupakan
pertanda adanya gas beracun. Hindari tempat tersebut dan segera carilah
tempat dengan sirkulasi udara, sementara dapat digunakan kain yang
dibasahi air dan ditutupkan ke hidung.
Kadangkala gas beracun mengalir tidak terlalu tinggi dari permukaan
tanah, kira-kira setinggi lutut. Gas ini biasa menyerang pada saat
pendaki sedang duduk beristirahat atau tidur. Karena sifatnya yang tidak
berbau dan berawan maka gas ini perlu diwaspadai terutama bila timbul
gejala keracuna sesaat setelah istirahat. Segera cari tempat istirahat
atau shelter lain di tempat yang lebih tinggi, terbuka dan sirkulasi
udara yang baik.
Jangan terlalu berkonsentrasi pada gerakan kaki, berjalanlah santai
dengan pandangan ke depan sambil sesekali memperhatikan keindahan
pemandangan sekitar. Kecuali pada tanjakan yang curam lebih baik arahkan
pandangan ke tanah karena biasanya pandangan ke atas akan melemahkan
semangat tanpa disadari akibat timbulnya kesan seolah-olah tidak segera
sampai.
Berjalan harus mengikuti suatu irama yang tetap dengan langkah-langkah
kecil. Langkah yang selalu lebar akan mempengaruhi keseimbangan karena
berat badan sering ditunjang oleh satu kaki saja. Pendaki gunung
berjalan lebih lambat dari ritme berjalan yang normal untuk menghemat
nafas.
Kesulitan berbicara dengan teman selagi berjalan adalah pertanda
berjalan terlalu cepat. Lebih baik berjalan lambat dengan istirahat yang
sedikit daripada berjalan cepat dengan istirahat yang banyak pula. Saat
beristirahat duduklah berselonjor dengan kaki sedikit diangkat di atas
badan agar darah yang mengumpul di kaki dapat mengalir mormal kembali.
Hindari angin secara langsung karena udara dingin cepat mengerutkan otot
yang istirahat. Pori-pori yang terbuka akibat berkeringat akan
mengakibatkan exposure (kehilangan panas tubuh) bila terkena angin (hawa
dingin). Untuk menghindarinya usahakan untuk memakai jaket pada saat
beristirahat walaupun tubuh agak terasa panas.
Jangan terlalu lama istirahat karena otot yang mulai mengendur akan
memerlukan pemanasan kembali. Ukuran normal istirahat adalah sepuluh
menit setiap berjalan selama satu jam. Bila semkain lama anda
membutuhkan waktu istirahat lebih panjang dengan interval di bawah satu
jam maka berarti anda telah terlalu lemah.
Selama istirahat perlu teknik pengaturan nafas untuk menghilangkan
kepenatan dengan gerakan-gerakan ringan, misalnya menekuk badan ke muka
ke belakang dan samping kiri kanan, mengambil nafas sekuat kuatnya,
ditahan sejenak kemudian dihembuskan melalui mulut dengan berteriak.
Teknik relaksasi seperti ini berguna untuk melepaskan kepenatan dan
stres selama perjalanan.
Segera dirikan tenda (shelter) untuk istirahat panjang dengan lokasi
datar, tidak berangin, dekat sumber air dan berada di tempat yang tinggi
agar terhindar dari kemungkinan pengendapan gas racun. Segera
psikologis tempat yang tinggi memungkinkan kita terlihat pemandangan
yang menarik di sekitar untuk mengurangi kelelahan mental.
Selama istirahat minumlah air hangat yang cukup seimbang dengan keringat
yang dikeluarkan. Tambahkan sedikit garam untuk mengganti mineral yang
keluar bersama keringat dan untuk otot. Makanlah makanan kecil seperti
biskuit dengan kadar hidrat arang yang tinggi untuk menambah tenaga.
Selama dalam perjalanan buanglah bungkus semen, puntung rokok dan
bungkusnya serta sampah lainnya ke dalam tas plastik agar tidak
mencemari lingkungan pegunungan. Sedapat mungkin lakukanlah SAR (Search
and Rescue) sampah yang ada di sepanjang jalan dengan demikian kita
telah membantu kebersihan dan kelestarian lingkungan pegunungan
tersebut.
MENDIRIKAN BIVAK/TENDA
1. Di tempat yang datar
2. Di tempat yang kering
3. Di sekitar banyak terdapat pohon
4. Melawan arah angin
5. Tidak searah dengan aliran air
Nah, itu tadi sekilas teknik pendakian gunung.
Ingat, mendaki gunung bukanlah hal yang mudah, butuh banyak persiapan terutama
persiapan fisik. Salah seorang teman saya pernah terkena Hipotermia (suatu kondisi
dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu
dingin) saat kita mencapai puncak Panderman, Malang. Panderman bukanlah
gunung yang tinggi, tetapi udara dingin di puncaknya sanggup melemahkan
tubuh manusia.
Ga kebayang lagi dengan hawanya gunung yang lebih tinggi seperti Semeru, kan?
Tapi selama segala persiapan terpenuhi, hal-hal yang buruk bisa dihindari.
Selamat mendaki!
sumber : https://sparp.wordpress.com/category/cara-mendaki-gunung/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar